Masa Kolonial Belanda

Pertambangan mangan di Kliripan, Kalurahan Hargorejo, Kapanewon Kokap, Kabupaten Kulon Progo, DIY, yang berjarak hanya sekitar 2 kilo meter dari SMK Negeri 1 Kokap ini memiliki sejarah yang panjang dan penting dalam industri pertambangan pada masa kolonial Belanda. Tambang ini diresmikan pada Juni 1894 oleh pengusaha bernama HW van Dhfsen. Berdasarkan surat kabar De Locomotief bertanggal 25 Juni 1896, Kliripan digambarkan sebagai kota tambang yang sibuk dengan banyak warga dari berbagai daerah yang berbondong-bondong datang untuk mencari bahan baku mangaan.

Aktivitas Pertambangan

Aktivitas pertambangan mangaan di Kliripan sudah terlihat lebih dari seabad yang lalu. Area tambang mencakup sekitar 6.916 hektar dengan hasil tambang mencapai puluhan ton per bulan. Pada masa itu, proses penggalian dilakukan secara manual, dengan para pekerja membuat lubang-lubang bawah tanah yang membentuk terowongan. Beberapa terowongan terkenal antara lain Terowongan Sunoto, Terowongan Holiday, dan Terowongan Lori.

Selain penggalian, di lokasi tersebut juga dilakukan proses pengolahan. Bongkahan mangan yang sudah diolah kemudian diangkut menuju Stasiun Bakungan, berlokasi di timur Pasar Cikli, Kulur, yang saat ini dikenal dengan bekas Halte Pakualaman. Lokasi ini berada di antara Stasiun Wates dan Stasiun Kedundang, Kulon Progo. Namun saat ini stasiun tersebut sudah dibongkar saat pembangunan double track jalur kereta api.

Seiring berjalannya waktu, tepatnya pada 11 Juli 1928, Kliripan menerima pasokan listrik menyeluruh untuk pertama kalinya. Pemasokan listrik ini membawa perubahan besar dengan memungkinkan proses produksi hingga pengiriman dilakukan menggunakan alat yang lebih modern, meningkatkan efisiensi dan kapasitas produksi.

Pada masa awal pemerintahan Republik Indonesia, Presiden Sukarno menetapkan Kliripan sebagai kawasan strategis pertambangan nasional. Keputusan ini adalah langkah strategis untuk melanjutkan aktivitas pertambangan dari masa kolonial Belanda dan berupaya meningkatkan devisa negara melalui industri pertambangan mangan yang sudah terbukti potensial.

Film dokumenter tentang Tambang Mangaan di Kulon Progo

Penutupan Tambang

Pertambangan mangan di Kliripan berhenti beroperasi sejak tahun 1980-an. Meskipun demikian, nilai historis dari tambang ini tetap tinggi, dan kini area tambang tersebut telah ditetapkan sebagai kawasan cagar budaya. Rencananya, kawasan ini akan dikembangkan menjadi destinasi wisata minat khusus, mengingat sejarahnya yang begitu besar dan berpengaruh.

Dengan latar belakang sejarah yang kaya, tambang mangan Kliripan tidak hanya menyimpan nilai ekonomis tetapi juga menjadi saksi bisu perjalanan industri pertambangan di Indonesia pada masa kolonial. Rencana pengembangan kawasan ini menjadi destinasi wisata minat khusus diharapkan dapat menghidupkan kembali kejayaan masa lalunya serta memperkenalkan sejarahnya kepada generasi mendatang.

Sumber : https://www.detik.com/jateng/jogja/d-6319305/melihat-jejak-tambang-mangan-di-kulon-progo-pernah-jaya-di-era-kolonial

Categories:

Tags:

No responses yet

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *